Tentang Aku..~

Analisis Ibuprofen Secara Spektrofotometri

Picture 2..~

Elegant Room 3

Picture 3..~

A Cup Of Love

Picture 4..~

Meraih Mimpi

Ardi adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga yang tidak mampu. Ardi merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Kedua adiknya perempuan, bernama Dinda dan Dita. Mereka tinggal di suatu desa di pinggir kota.

Sabtu, 11 November 2017

Meraih Mimpi

Ardi adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga yang tidak mampu. Ardi merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Kedua adiknya perempuan, bernama Dinda dan Dita. Mereka tinggal di suatu desa di pinggir kota.
       Orang tua Ardi hanyalah seorang petani yang memiliki lahan sawah yang tidak seberapa. Penghasilan orang tuanya tidaklah cukup untuk membayai pendidikan ketiga anaknya sampai ke perguruan tinggi. Jika mereka menginkan sesuatu maka mereka harus bekerja keras memperoleh uang sendiri dengan cara bekerja, jualan, atau upahan menyetrika dan mencuci dengan tetangga yang terbilang  mampu.
          Oleh karena kondisi keluarganya ini, Ardi telah terbiasa hidup susah. Dia mampu mengurus dirinya sendiri. Ardi juga turut membantu orang tuanya di sawah ketika dia memiliki waktu luang. Sedangkan adik perempuannya, Dinda membantu ibunya mengatur urusan rumah tangga seperti masak dan mencuci. Dinda juga harus mengurus dan menjaga adiknya yang masih kecil ketika orang tuanya pergi bertani.
            Terlepas dari keadaan ekonomi mereka, orang tua Ardi mendidik anak-anaknya dengan sangat baik. Mereka menanamkan ajaran agama pada anak-anaknya sejak kecil. Mereka memberikan contoh yang baik pada anaknya agar taat beribadah pada Allah dan berakhlak yang baik dalam hidup mereka. Mereka pun tidak segan-segan menolong tetangga mereka yang membutuhkan bantuan.
Sebagaimana anak-anak lainnya, Ardi juga memiliki cita-cita. Dia ingin bersekolah dan menempuh pendidikan di perguruan tinggi agar bisa memperbaiki kehidupan keluarganya. Ardi bercita-cita ingin menjadi seorang guru agar ketika dia besar nanti dia bisa mengajarkan ilmu yang dimilikinya pada orang lain, terkhusus anak-anak yang terlahir di keluarga yang bernasib sama dengannya.
Setelah tamat sekolah dasar, Ardi ingin melanjutkan ke sekolah menengah pertama (SMP). Ia pun mendiskusikan keinginannya ini kepada kedua orang tuanya. Sayangnya untuk melanjutkan ke SMP ini dibutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga terasa berat bagi orang tua Ardi. Namun, karena tekadnya yang begitu kuat untuk mencapai cita-citanya ini, Ardi akhirnya mampu menyakinkan ayah dan ibunya untuk mengizinkannya sekolah lagi.
Berbekal izin orang tuanya, Ardi melanjutkan pendidikannya di satu-satunya SMP di daerahnya dengan usaha sendiri. Beruntungnya, Ardi merupakan seorang anak yang cerdas. Nilai akademiknya sangat bagus dan selalu mendapat rangking pertama di kelasnya. Hal ini berdampak sangat baik bagi Ardi karena dengan kemampuannya itu akhirnya ia memperoleh beasiswa dari pemerintah. Sehingga Ardi tidak perlu lagi memikirkan biaya sekolah seperti SPP.  Sedangkan untuk kebutuhan sekolah, seperti buku dan sebagainya, Ardi harus mencari uang sendiri.
Ardi lalu bekerja serabutan. Ia juga berjualan kayu bakar ke sana kemari. Ia mencari kayu bakar di hutan, mengumpulkannya satu persatu. Ia mengikat kayu-kayu tersebut dan menjualnya ke pasar. Pada saat itu, hanya sedikit bahkan hampir tidak ada orang yang menggunakan kompor untuk memasak.
Mencari uang untuk membiayai kebutuhan sekolahnya sendiri bukanlah hal yang mudah bagi seorang anak yang masih sangat muda seperti Ardi. Pernah suatu ketika kayu bakarnya tidak terjual satu pun. Ardi tetap tidak berputus asa, Ia pun berkeliling desa menjajakan kayu bakarnya. Namun, apa lah daya, kayu bakarnya tetap tidak ada yang membeli. Ardi yang kelelahan sudah tidak memiliki kekuatan lagi untuk membawa kayu-kayunya tersebut. Ia pun terduduk di samping kayu bakar jualannya tersebut. Sampai akhirnya ada seorang dermawan yang kasihan melihatnya dan membeli semua kayu bakar yang ia jual.
Meskipun sibuk mencari uang, Ardi tetap tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang pelajar dan hamba Allah. Ardi rajin belajar pada malam harinya dan sholat lima waktu tidak pernah ia tinggalkan. Berkat kerja keras dan tekadnya yang kuat, serta atas ridho Allah padanya, Ardi akhirnya mampu menamatkan sekolahnya sampai ke SMA dengan uang yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri. Ia juga memiliki uang tabungan yang selalu disisihkannya sedikit demi sedikit dari hasil kerjanya.
Tamat SMA, Ardi ingin merantau ke daerah lain dan menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Namun keinginannya ini tidak disetujui oleh kedua orang tuanya. Mereka tidak ingin anaknya pergi merantau. Akhirnya Ardi memutuskan untuk meraih cita-citanya menjadi guru dengan melanjutkan pendidikan di SPG di daerahnya.
Semasa di SPG, Ardi sangat tekun menjalani pendidikannya. Ia juga bergaul dengan sangat baik. Ia menjadi andalan dan dihormati teman-temannya. Ardi pun menyelesaikan pendidikannya di SPG dengan hasil yang sangat baik.  Tidak berapa lama kemudian, Ia pun diangkat menjadi pegawai negeri sipil yaitu guru. Tempatnya bertugas pertama kali adalah di daerah lain yang terpencil.
Di sekolah tempatnya bertugas, Ardi sangat dihormati dan disukai oleh teman-teman sejawatnya dan juga oleh anak didiknya. Ia merupakan guru yang handal dan sangat disiplin. Dengan gaji yang diperolehnya, Ardi membantu orang tuanya membiayai pendidikan adik-adiknya. Orang tua Ardi pun sangat bangga kepada Ardi. Di masyarakat, Ardi juga disegani dan menjadi panutan yang baik.
Dari kisah Ardi ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa siapa pun orangnya, dari keluarga mana pun, baik yang memiliki latar belakang ekonomi berkecukupan maupun yang berasal dari keluarga tidak mampu dapat meraih cita-citanya. Asalkan memiliki niat dan tekad yang kuat, usaha yang maksimal dan  tidak berputus asa dalam menghadapi rintangan juga optimis dalam meraih cita-cita, maka kesuksesan itu bukanlah sekedar mimpi. Namun, selain berikhtiar juga harus disertai doa memohon rahmat dan ridho Allah.



           

            

Sabtu, 16 Januari 2016

VALIDASI

 By : Oppy Utriyani_Laporan Praktikum FTS Steril 2015_Farmasi UAD_Yogyakarta

I. ALAT DAN BAHAN

A. Alat-alat
  1. Autoklaf
  2. Oven
  3. Laminar air flow (LAF) cabinet 
  4. Glassware 
B. Bahan
  1. Aquadest => Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa.
  2. Sterile water for injection (SWFI)
  3. Media BHI Cair
  4. Media BHI Padat

II. CARA KERJA

A. Validasi Metode Sterilisasi dengan Autoklaf
  1. Dibuat masing-masing dua buah sediaan berupa aquadest dalam botol infus, vial, dan ampul
  2. Sediaan di autoklaf dengan suhu yang sama (121 C) dan waktu berbeda, yaitu 20 menit dan 30 menit.
  3. Sterilitas aquadest dalam tiap wadah dicek dengan media BHI cair.
  4. Inkubasi media BHI yang berisi sampel sediaan selama 24 jam
  5. Cek ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada media BHI.
B. Validasi Laminar Air Flow
  •  Untuk Pengecekan Aliran Udara dalam LAF 
  1. Kecepatan alir udara dalam lemari LAF diukur
  2. Piring petri yang berisi media BHI diletakkan di dalam LAF cabinet pada bagian yang ada aliran HEPA filter selama 30 menit.
  3. Inkubasi media BHI padat selama 24 jam.
  4. Lakukan pengecekan sterilitas media.
  •  Untuk Pengecekan Dinding LAF cabinet
  1.  Media BHI dalam cawan petri yang berbentuk cembung ditempelkan ke dinding LAF cabinet. Tutup.
  2. Inkubasi media BHI selama 24 jam di inkubator pada suhu 37 C.
  3. Lakukan pengecekan sterilitas media.
C. Validasi Metode Sterilisasi dengan Oven 
  1. Wadah vial, ampul, dan gelas beker masing-masing dua buah.
  2. Sterilkan dalam oven dengan suhu yang sama (180 C)  tetapi dengan waktu berbeda, yaitu 30 menit dan 60 menit.
  3. Tiap wadah dibilas dengan sterile water for injection pada bagian dalamnya.
  4. Hasil bilasan dimasukkan ke dalam media BHI cair.
  5. Inkubasi media BHI selama 24 jam pada suhu 37 C.
  6. Lakukan pengecekan sterilitas media BHI.

III. HASIL PERCOBAAN

IV. PEMBAHASAN

Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.
Pada percobaan ini, dilakukan validasi terhadap metode sterilisasi menggunakan autoklaf dan oven serta validasi laminar air flow (LAF). Validasi metode sterilisasi ini perlu dilakukan untuk mengidentifikasi parameter kritis sterilisasi serta mengetahui batas toleransinya.
Validasi pada laminar air flow cabinet dilakukan di bagian HEPA Filter serta sudut kritis LAF. Prinsip kerja LAF adalah aliran udara laminar akan membawa kontaminan keluar sehingga kontaminasi dapat diminimalisir. Parameter kritis LAF adalah efektivitas HEPA Filter, kecepatan alir udara, dan arah aliran udara. Namun, karena keterbatasan alat, maka pada percobaan hanya dilakukan pengujian efektivitas HEPA Filter. HEPA Filter atau High Eficiency Particulate Air filter merupakan alat yang berfungsi menyaring partikel dari udara dengan efisiensi tinggi yaitu 99,97%. Pengujian dilakukan dengan memaparkan media BHI padat selama 30 menit pada bagian aliran HEPA filter. Setelah uji sterilitas dilakukan, diperoleh hasil bahwa HEPA Filter pada LAF ini tidak bekerja secara efektif.
Selain itu, sebelum digunakan, lampu UV pada LAF terlebih dahulu diidupkan selama 30 menit. Hal ini bertujuan untuk mensterilkan LAF dari mikroba dan bakteri. Hasil uji yang tidak steril mengindikasikan bahwa penyinaran UV selama 30 menit belum mampu membunuh mikroba yang masuk ke dalam LAF cabinet.
Selanjutnya dilakukan validasi terhadap metode sterilisasi menggunakan oven. Metode sterilisasi panas kering ini dilakukan untuk alat-alat yang terbuat dari gelas. Pada percobaan, digunakan gelas beker, vial, dan ampul yang dibungkus dengan dua lapis aluminium foil, untuk mencegah kontaminasi setelah sterilisasi. Parameter kritis pada oven adalah suhu dan waktu. Suhu digunakan 200 C selama 30 menit dan 60 menit. Perbedaan waktu ditujukan untuk mengetahui lama waktu efektif untuk sterilisasi. Uji sterilitas dilakukan dengan membilas wadah dengan SWFI lalu air bilasan dimasukkan ke dalam media BHI cair. Penggunaan Steril WFI bertujuan untuk mencegah hasil semu atau kontaminasi dari air. 
Hasil uji sterilitas membuktikan semua alat yang telah disterilkan, baik pada waktu 30 menit maupun 60 menit sudah steril. Artinya metode sterilisasi dengan oven pada suhu 200 C selama 30 menit saja sudah bisa dan valid untuk sterilisasi wadah gelas.
Pada validasi metode sterilisasi uap panas dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 C dilakukan pada dua waktu, yaitu 20 dan 30 menit. Parameter kritis autoklaf adalah suhu, waktu, dan tekanan. Bedanya pada autoklaf, wadah gelas yang disterilkan diisi dulu dengan aquades baru dilanjutkan sterilisasi. Air ini lah yang dimasukkan dalam media BHI cair untuk kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C. Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak ada pertumbuhan bakteri pada semua media BHI. Artinya, metode ini valid untuk mensterilkan wadah gelas.

V. KESIMPULAN

  1. Metode sterilisasi menggunakan autoklaf da oven telah tervaidasi.
  2. HEPA Filter pada laminar air flow cabinet tidak berfungsi dengan baik.
  3. Botol infus, vial, dan ampul dapat disterilkan dengan metode sterilisasi uap panas (autoklaf) pada suhu 121 C selama 20 menit.
  4. Gelas beker, vial, dan ampul dapat disterilkan dengan metode sterilisasi uap kering (oven) pada suhu 180 C selama 30 menit.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Setianto, A.B., Sugihartini, N., Ikhsanudin, A., Efiana, N.A., Widyastuti, L., Fatimah, S.F. 2015. Petunjuk Praktikum Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril. Yogyakarta : Farmasi UAD.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

SUPLEMEN PRAKTIKUM FTS STERIL

 By : Oppy Utriyani_Praktikum FTS Steril 2015_Farmasi UAD_Yogyakarta

I. VALIDASI

1. Sebutkan contoh Validasi Proses !
    a. Cakupan : Validasi prospek baru, Validasi bila terjadi perubahan proses, dan Validasi Ulang.
    b. Jenis :
  • Validasi Prospektif : Sebelum produk dipasarkan.
  • Validasi konkurent : Dilakukan selama proses produksi rutin.
  • Validasi Retrospektif : Validasi proses yang sudah berjalan.
2. Jelaskan perbedaan Validasi dan Kalibrasi !
  • Validasi, merupakan tindakan pembuktian dengan cara yang sudah sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, dan mekanisme yang digunakan dalam proses produksi dan pengawasana akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.
  • Kalibrasi, yaitu kegiatan untuk menentukan kebenaran dan ketepatan penunjukkan alat ukur dengan membandingkan terhadap standar ukur yang diketahui ke standar nasional atau standar internasional.

II. PEMBUATAN TETES MATA DAN SALEP MATA

1. Sebutkan persyaratan yang harus dipenuhi untuk sediaan tetes mata !
  • Harus steril
  • Sebisa mungkin isotonis
  • Harus bebas dari efek iritasi 
  • Stabil secara kimia
  • Mengandung pengawet yang cocok untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
2. Apa saja jenis bentuk sediaan untuk pengobatan mata ?
  • Larutan, ex : tetes mata
  • Salep mata
3. Sebutkan pemeriksaan sediaan tetes mata !
  • Kejernihan
  • Toksisitas 
  • Viskositas
  • Stabilitas
  • Harga pH
  • Adanya partikel asing
  • Uji sterilitas
4. Sebutkan keuntungan dan kerugian sediaan tetes mata dibandingkan salep mata !
    a. Keuntungan : Sediaan tetes mata lebih stabil dibandingkan salep mata
    b. Kerugian :
  • Waktu kontak singkat antara obat dan permukaan
  • Bioavailabilitas kurang baik

III. PENCUCIAN DAN STERILISASI KARET DAN ALAT GELAS

1. Sebutkan tipe-tipe gelas !
  • Gelas Tipe I, yaitu wadah dari gelas yang mempunyai ketahan kimiawi yang sempurna (gelas borosilikat.
  • Gelas Tipe II, yaitu wadah dari gelas soda kapur silikat yang telah mengalami pelapisan dan ketahan kimiawi yang baik.
  • Gelas Tipe III, yaitu wadah dari gelas soda kapur silikat memiliki ketahan kimiawi yang cukup.
  • Gelas Tipe IV, yaitu wadah dari soda kapur silikat dengan sifat umum.
2. Jelaskan maksud dari tiap tahapan percobaan pencucian dan sterilisasi karet dan glassware !
  • Penambahan HCl 2% untuk menetralkan kotoran basa.
  • Penambahan Tepol 1% untuk membersihkan atau sebagai detergen.
  • Penambahan Na Karbonat untuk menetralkan sisa HCl.
  • Pendidihan untuk memperbesar pori-pori sehingga semua kotoran keluar optimal.
3. Sebutkan keuntungan dan kerugian wadah untuk sediaan steril !
    a. Gelas
  • Keuntungan : Inert, kedap udara, bentuk tetap, mudah dibersihkan.
  • Kerugian : Lebih berat, lebih rapuh (rentan pecah).
    b. Plastik
  • Keuntungan : Fleksibel, tidak mudah pecah, mudah dicetak menjadi beragam bentuk.
  • Kerugian : Kurang inert, sensitif panas, zat tambahan/bahan pada plastik mudah dilepaskan ke produk yang dikemas.
4. Apa saja kontrol kualitas wadah sediaan steril ?
  • Alkalinitas
  • Tegangan dalam
  • Transmisi cahaya' 
  • Kejutan suhu
  • Cacat tampak
  • Dimensi
  • Toleransi isi
  • Tebal gelas minimum

PENCUCIAN DAN STERILISASI KARET

By : Oppy Utriyani_Laporan Praktikum FTS Steril 2015_Farmasi UAD_Yogyakarta.

I. ALAT DAN BAHAN

A. Alat-alat
  1. Autoklaf
  2. Oven
  3. Kompor listrik
  4. Spektrofotometer UV-Vis
  5. Glassware
B. Bahan
  1. Natrium Karbonat => Hablur tidak berwarna/serbuk hablur putih yang mudah larut dalam air.
  2. Tepol 1% => Detergen/cairan pembersih yang serba guna dan netral.
  3. Asam Klorida 2% => Cairan tak berwarna sampai dengan kuning pucat, sangat larut air.
  4. Aqua pro injeksi

II. METODE KERJA

A. Pencucian Tutup Karet
  1. Tutup karet direndam dalam larutan HCl 2% selama 2 hari.
  2. Tutup karet direndam dalam larutan I (Tepol 1% + Na Karbonat 0,5%) selama 1 hari.
  3. Tutup karet di-didihkan dalam larutan I.
  4. Lalu di-didihkan lagi dengan larutan I yang baru, diulang terus hingga jernih dan bersih.
  5. Setelah bersih, Masukkan dalam gelas beker/plastik, tambahkan aqua p.i, tutup.
  6. Larutan di autoklaf selama 30 menit pada suhu 121 C.
  7. Lihat profil absorbansi aqua p.i.
  8. Tutup karet dibilas dengan larutan II (Spiritus dilitus + aqua p.i.).
  9. Tutup karet di-autoklaf pada suhu 121 C selama 30 menit dalam kantong plastik tanpa air.
 B. Pencucian Ampul/Vial/Botol infus
  1. Ampul/vial/botol infus dicuci dengan HCL encer.
  2. Ampul/vial/botol infus di-didihkan dengan larutan I sama banyak.
  3. Langkah 2 diulang hingga filtrat jernih.
  4. Filtrat dilihat profil absorbansinya pada spektrofotometer UV-Vis.
  5. Ampul/vial/botol infus dicuci dengan aquadest
  6. Sterilkan di oven pada suhu 200 C selama 1 jam.

III. HASIL PERCOBAAN

 

IV. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dilakukan pencucian dan sterilisasi glassware dan tutup botol yang terbuat dari karet. Tujuan pencucian dalan sterilisasi ini agar diperoleh wadah kaca dan tutup botol yang bersih dan steril, sehingga memenuhi persyaratan sebagai pengemas sediaan obat yang baik yaitu melindungi dari kontaminasi.
Pada pencucian tutp botol karet, tahapan awal yang dilakukan adalah merendam tutup karet dalam larutan HCl 2%. Tahap ini bertujuan untuk menetralkan senyawa basa. 
Tahap selanjutnya adalah merendam tutup karet dalam larutan tepol 1% dan natrium karbonat 0,5% selama 1 hari. Tepol 1% berfungsi sebagai detergen yang membersihkan dari kotoran. Sedangkan penggunaan natrium karbonat bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa HCl. Tutup karet lalu di-didihkan dengan larutan tersebut dan diganti hingga bersih dan jernih. Perendaman dan pendidihan ini bertujuan untuk meperbesar pori-pori karet sehingga dapat mengeluarkan kotoran secara optimal. Optimasi pembersihan dilakukan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 C selama 30 menit.
Parameter bersih dibuktikan dengan cara membandingkan profil absorbansi aqua p.i. yang diatoklaf bersama tutup karet dengan profil absorbansi larutan blanko. Pengukuran absorbansi ini dialkukan dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis dengan range panjang gelombang adalah 200-40 nm.
Hasil Scanning profil absorbansi menunjukkan adanya satu puncak yang timbul dari aqua p.i.  Penggunaan spiritus dilitus sebagai disinfektan untuk membunuh kuman. Sterilisasi dilakukan dengan metode uap panas untuk membunuh mikroba. Uji sterilitas menggunakan media BHI cair menunjukkan hasil steril
Pencucian glassware yaitu ampul, vial, dan botol infus menggunakan proses yang mirip dengan pencucian tutup karet. Perbedaannya adalah pada glassware  tidak dilakukan perendaman dengan waktu tertentu. Semua tahapan dilakukan dalam satu hari. Hal ini dikarenakan pada wadah kaca tidak perlu prosis infiltrasi pori-pori. Berdasarkan profil absorbansinya, diketahui semua wadah kaca yang diuji telah bersih sebab profil absorbansi mirip dengan blanko dan tidak ada puncak/peak.
Sterilisasi ampul, vial, dan botol infus dilakukan menggunakan metode panas kering yaitu dengan oven pada suhu 200 C selama 1 jam. Sebelumnya wadah kaca ini dibungkus dengan aluminium foil untuk mencegah kontaminasi.
Uji sterilitas dilakukan dengan membilas wadah kaca tersebut dengan Steril water for Injection (SWFI), lalu ditanam di media BHI cair. Hasil inkubasi menunjukkan tidak ada pertumbuhan mikroba, yang berarti wadah kaca sudah steril.

V. KESIMPULAN

  1.  Tutup karet yang telah dicuci belum bersih namun sudah steril.
  2. Wadah kaca berupa ampul, vial, dan botol infus sudah bersih dan steril.
  3. Metode sterilisasi panas kering suhu 200C selama 1 jam valid untuk mensterilkan wadah kaca.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ke-III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

ANALISIS IBUPROFEN SIRUP SECARA SPEKTROFLUOROMETRI

By : Oppy Utriyani_Laporan Praktikum AOMK 2015_Farmasi UAD_Yogyakarta.

I. TUJUAN

Mampu melakukan analisis kuantitatif ibuprofen dalam sediaan sirup secara spektrofluorometri.

II. DASAR TEORI

Berbagai metode dilaporkan dapat digunakan untuk menetapkan kadar ibuprofen di dalam sampel sediaan farmasi dan cairan biologis, meliputi High performance liquid chromatography (HPLC), Gas chromatography mass spectrum (GC-MS), elektroforesis kapiler, spektrofotometri, dan spektrofluorometri (Issa, et.al, 2010).
Ibuprofen [RS-2-(4-isobutilfenil) asam propionat] adalah obat antiinflamasi non steroid yang digunakan khususnya untuk mengatasi gejala arthritis, dismenorea primer, demam, dan sebagai analagesik, terutama jika terdapat unsur inflamasi. Efek samping ibuprofen adalah pendarahan dan ulcer pada saluran pencernaan (Mitic, et.al, 2008).
Struktur Ibuprofen : 

Ibuprofen berbentuk serbuk, hablur putih, hingga hampir putih, berbau khas lemah. Zat ini praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalam aseton, dalam kloroform, dan sukar larut dalam etil asetat (Depkes RI, 1994).
Prinsip dasar spektrofluorometri adalah sinar monokromatis penyebab promosi elektron pada senyawa organik atau atom, yang kemudian elektron mengalami kehilangan sebagian energi kinetiknya, dan selanjutnya elektron kembali ke tingkat dasar dengan mengemisikan sinar dengan panjang gelombang yang lebih besar. Sinar monokromatis penyebab promosi elektron dinamakan sinar eksitasi. Sinar yang diemisikan oleh elektron dari senyawa disebut sinar emisi (Rohman dan Gandjar, 2007).
Komponen-kompenen spektrofluorometer :
Keuntungan dari analisis secara spektrofluorometri :
a. Fluorometri lebih peka
b. Flurometri lebih selektif

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat-alat
  1. Timbangan analitik
  2. Spektrofluorometer
  3. Alat sonikator
  4. Alat sentrifuge
  5. Glassware
B. Bahan
  1. Ibuprofen standar
  2. Sampel ibuprofen sirup
  3. NH3 0,2 M
  4. Aquadest

IV. CARA KERJA

A. Uji Keseragaman Bobot
  1. Menimbang  3 botol sampel satu persatu.
  2. Tandai batas volume isi pada botol.
  3. Keluarkan sirup, tuangkan ke dalam gelas beker 250 ml.
  4. Masukkan aquadest ke dalam botol sirup sampai tanda.
  5. Tuangkan aquadest ke dalam gelas ukur 100 ml, catat volume.
  6. Lakukan sesuai prosedur di atas sampai tiga botol sampel.
  7. Hitung volume rata-rata, nilai standar deviasi, dan CV.
B. Pembuatan Larutan NH4OH 0,2 M
Ambil ammonia pekat (25% b/b atau 13,4 M) sebanyak 3,70 ml. Masukkan ke dalam labu takar 250,0 ml, tambahkan aquadest hingga tanda.

C. Penentuan Panjang gelombang Eksitasi dan Panjang Gelombang Emisi
Penentuan panjang gelombang menggunakan konsentrasi tengah pada kurva baku.

D. Pembuatan Kurva Baku Ibuprofen
  1. Menimbang serbuk ibuprofen standar sebanyak 20 mg.
  2. Masukkan ke dalam labu takar 50,0 ml. Tambahkan NH4OH 0,2 M hingga tanda.
  3. Buat lima larutan seri kadar kurva baku dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80, dan 100 mikrogram/ml.
  4. Intensitas dibaca dengan alat spektrofluorometer pada panjang gelombang eksitasi dan emisi yang telah ditetapkan.
 E. Penetapan Kadar Sampel (Damiani, et.al, 2000)
  1. Tiga botol sirup isinya dicampur hingga homogen.
  2. Ambil 1,0 ml sirup ad 50,0 ml NH4OH 0,2 M.
  3. Lakukan sonifikasi selama 10 menit, lanjutkan dengan sentrifuge, lalu saring larutan.
  4. Ambil 1,0 ml larutan ad 10 ml NH4OH 0,2 M.
  5. Larutan dibaca pada panjang gelombang eksitasi dan emisi.
  6. Lakukan pengenceran hingga intensitas berada pada range 20-80.
  7. Lakukan replikasi sebanyak tiga kali.

V. RANCANGAN ANALISIS

 A. Konsentrasi Larutan Standar Ibuprofen
       C = 20 mg/ 50 ml = 0,4 mg/ml = 400 mikrogram/ml

B. Pembuatan Larutan Seri Kadar Kurva Baku
       M1. V1 = M2. V2
       V1 = (M2. V2) / M1

C. Rumus Perhitungan Kadar Ibuprofen

VI. HASIL PERCOBAAN

A. Penentuan Panjang Gelombang Eksitasi dan Emisi
B. Pembuatan Kurva Baku

 C. Uji Keseragaman Bobot dan Penetapan Kadar Sampel

VII. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dilakukan uji kuantitatif terhadap ibuprofen dalam sediaan sirup dengan menggunakan metode spektrofluorometri. Metode ini dipilih karena lebih peka dan spesifik. Ibuprofen dapat diuji dengan spektrofluorometri karena memiliki gugus kromofor.
Pelarut yang digunakan dalam analisis ibuprofen ini adalah ammonium hidroksida 0,2 M. NH4OH  dapat melarutkan ibuprofen, serta mempengaruhi pH larutan menjadi basa.
Reaksi yang terjadi :


Tiga botol sampel diuji keseragaman bobotnya dengan hasil volume rata-rata sirup 60,667 ml. Nilai CV sebesar 0,951% atau lebih kecil daripada nilai batas 5,0% yang artinya bobot ketiga botol sirup seragam.
Analisis kuantitatif didahului dengan pengukuran panjang gelombang eksitasi yang hasilnya 263 nm, sedangkan panjang gelombang emisi 294 nm. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan panjang gelombang secara teoritis. 
Pengukuran kurva baku terhadap lima seri kadar memperoleh nilai R sebesar 0,9812 dan persamaan regresi linear y = 39,3765 x + 12,4805. Nilai R praktikum ini lebih besar dari R tabel (0,8783); artinya secara statistik metode spektrofluorometri ini valid untuk digunakan menguji ibuprofen.
Perlakuan sampel menggunakan sonikasi dengan tujuan melarutkan partikel-partikel sirup secara sempurna. Proses sentrifugasi dilakukan untuk mengendapkan partikel tidak larut dari zat eksipien dalam sirup ibuprofen, dilanjutkan dengan penyaringan agar tidak ada residu partikel yang dapat mengganggu dalam pembacaan larutan pada spektrofluorometer.
Berdasarkan perhitungan, kadar sampel replikasi ke II harus ditolak karena tidak masuk rentang kadar penerimaan yaitu (1066,282 < x < 2177,886) mg. Batas kesalahan sangat besar yaitu 555,802 mg dengan taraf kepercayaan 95%. Faktor pengenceran sebesar 25.000 kali. Sehingga kadar rata-rata ibuprofen dalam sampel adalah 1622,084 mg/botol atau sebanyak 135,0 mg/5 ml. 
Hasil percobaan ini tidak sama dengan label yang tertera pada sampel sediaan sirup yang digunakan, yaitu 120 mg/5 ml. Faktor yang mempengaruhi adalah ketelitian praktikan selama proses praktikum.

VIII. KESIMPULAN

  1. Sampel sirup mengandung 1622,084 mg ibuprofen per botol.
  2. Potensi ibuprofen dalam sediaan sirup adalah 135 mg/5ml.
  3. Bobot sampel sirup seragam.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Rohman, A., dan Gandjar, I.G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Depkes RI. 1994. Farmakope Indonesia Edisi Ke-Empat. Jakarta : Kemenkes RI.
Damiani, P.C., Bearzotti, M., Cabezon, M.A. 2000. Spectrofluorometric determination of Ibuprofen in Pharmaceutical formulations. J. Pharm. Biomed.Anal 25 : 679-683.


Kamis, 29 Maret 2012

Tips Pengerjaan Soal pada LJK

 
1. Penggunaan Pensil

Hal ini sudah jelas dan memang ketentuan umum dalam mengerjakan soal LJK. Tapi ingat dalam hal ini gunakan lah pensil 2B yang telah diakui uji lulus scanner.Karena banyak pensil 2B yang kualitasnya tidak sesuai standar.

Dalam penggunaan pensil 2B, usahakan tidak terlalu tajam dan sesuaikan dengan penggaris bantuan.Jika diameter penggaris lebar,maka jangan tajamkan pensil tersebut agar tidak keluar dari jalurnya.

Usahakan jangan gonta - ganti pensil, apalagi jika berbeda merk
. Karena meskipun satu tipe yaitu 2B, terkadang satu pensil dengan pensil lainnya ada perbedaan yang dapat membuat scanner error.


2. Penggunaan Penggaris Ebtanas

Jika agan ingin menggunakan penggaris, maka gunakan lah penggaris dengan banyak varietas diameter lingkaran. Tidak seperti pada gambar yang hanya memilik 2 jenis diameter lingkaran. Hal ini dimaksudkan guna mempermudah menyesuaikan dengan pensil yg sudah mulai menjadi tebal diameternya.

Jangan hanya membawa satu penggaris, namun siapkan beberapa penggaris sebagai backup. Karena penggaris seperti ini bahannya tipis dan mudah berubah bentuk. Sehingga lama kelamaan, maka diameter nya akan berubah dan tentu mempengaruhi hasil lingkaran yang dibuat.

Jika agan memiliki uang lebih, usahakan setiap pelajaran mengganti penggaris dengan yang baru. Sekali lagi agar tidak terjadi bentuk lingkaran yang telah berubah.

3. Papan LJK

Bagi sekolah agan yang belum memiliki meja yang rata ( kebetulan sekolah ane mejanya mulus kaya papan LJK ), maka sebaiknya bahkan harus membawa papan bantuan ini. Hal ini untuk mempermudah dalam melingkari lembar jawaban.

Ada pula alat lain yang dapat menggantikannya dan memiliki fungsi yang lebih baik, yakni kaca dan sebaiknya dengan ketebalan 5mm,d an telah di tumpulkan setiap sudutnya. ( pengalaman UN SMP dan SMA dulu pake kaca )

Periksa papan LJK anda apakah ada lecet yang dalam
. Karena hal itu dapat membuat lembar LJK menjadi sobek jika mengenai bagian yang lecet tersebut.

4. Peraut / Sharperner

Ini adalah tool yang sangat penting, karena memang pensil yang kita gunakan tentunya akan semakin pendek dan tingkat keakuratannya menjadi berkurang dan harus di pertajam lagi.

Gunakan rautan pensil yang tajam dan tidak berkarat. Sebaiknya ketika agan meraut pensil, memutar pensil dengan putaran penuh 360, 720, 1080 derajat dst ( kelipatan lingkaran sempurna ). Mungkin sepele, namun sebenarnya hal ini ada dampak agar sisi - sisi dari pensil sama rata dan diameter pensil tidak berat sebelah.

Jangan hanya meraut satu sisi saja, karena dapat membuat lingkaran tidak sempurna
 ( Jika menggunakan penggaris bantuan, tanpa penggaris tips ini tidak di perlukan )

5. Tissue

Dalam hal ini tisu digunakan untuk membersihkan penggaris, lembar jawaban, dan tangan yang kadang keringat dingin ( nervous gara2 UN ).

6. Kertas Kosong

Mungkin agan-agan bertanya buat apa kertas kosong ini. Namun berdasarkan pengalaman ane,pensil kita akan menjadi miring pada bagian ujungnya. Sehingga ane terkadang menggunakan kertas kosong untuk membuat garis - garis tidak beraturan yang bertujuan membuat rata ujung pensil.

Namun jika tidak di perbolehkan oleh pengawas, maka kita dapat menyoret di kertas soal.

Sumber : www.kaskus.us

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More