Tentang Aku..~

Analisis Ibuprofen Secara Spektrofotometri

Picture 2..~

Elegant Room 3

Picture 3..~

A Cup Of Love

Picture 4..~

Meraih Mimpi

Ardi adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga yang tidak mampu. Ardi merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Kedua adiknya perempuan, bernama Dinda dan Dita. Mereka tinggal di suatu desa di pinggir kota.

Sabtu, 16 Januari 2016

VALIDASI

 By : Oppy Utriyani_Laporan Praktikum FTS Steril 2015_Farmasi UAD_Yogyakarta

I. ALAT DAN BAHAN

A. Alat-alat
  1. Autoklaf
  2. Oven
  3. Laminar air flow (LAF) cabinet 
  4. Glassware 
B. Bahan
  1. Aquadest => Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa.
  2. Sterile water for injection (SWFI)
  3. Media BHI Cair
  4. Media BHI Padat

II. CARA KERJA

A. Validasi Metode Sterilisasi dengan Autoklaf
  1. Dibuat masing-masing dua buah sediaan berupa aquadest dalam botol infus, vial, dan ampul
  2. Sediaan di autoklaf dengan suhu yang sama (121 C) dan waktu berbeda, yaitu 20 menit dan 30 menit.
  3. Sterilitas aquadest dalam tiap wadah dicek dengan media BHI cair.
  4. Inkubasi media BHI yang berisi sampel sediaan selama 24 jam
  5. Cek ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada media BHI.
B. Validasi Laminar Air Flow
  •  Untuk Pengecekan Aliran Udara dalam LAF 
  1. Kecepatan alir udara dalam lemari LAF diukur
  2. Piring petri yang berisi media BHI diletakkan di dalam LAF cabinet pada bagian yang ada aliran HEPA filter selama 30 menit.
  3. Inkubasi media BHI padat selama 24 jam.
  4. Lakukan pengecekan sterilitas media.
  •  Untuk Pengecekan Dinding LAF cabinet
  1.  Media BHI dalam cawan petri yang berbentuk cembung ditempelkan ke dinding LAF cabinet. Tutup.
  2. Inkubasi media BHI selama 24 jam di inkubator pada suhu 37 C.
  3. Lakukan pengecekan sterilitas media.
C. Validasi Metode Sterilisasi dengan Oven 
  1. Wadah vial, ampul, dan gelas beker masing-masing dua buah.
  2. Sterilkan dalam oven dengan suhu yang sama (180 C)  tetapi dengan waktu berbeda, yaitu 30 menit dan 60 menit.
  3. Tiap wadah dibilas dengan sterile water for injection pada bagian dalamnya.
  4. Hasil bilasan dimasukkan ke dalam media BHI cair.
  5. Inkubasi media BHI selama 24 jam pada suhu 37 C.
  6. Lakukan pengecekan sterilitas media BHI.

III. HASIL PERCOBAAN

IV. PEMBAHASAN

Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.
Pada percobaan ini, dilakukan validasi terhadap metode sterilisasi menggunakan autoklaf dan oven serta validasi laminar air flow (LAF). Validasi metode sterilisasi ini perlu dilakukan untuk mengidentifikasi parameter kritis sterilisasi serta mengetahui batas toleransinya.
Validasi pada laminar air flow cabinet dilakukan di bagian HEPA Filter serta sudut kritis LAF. Prinsip kerja LAF adalah aliran udara laminar akan membawa kontaminan keluar sehingga kontaminasi dapat diminimalisir. Parameter kritis LAF adalah efektivitas HEPA Filter, kecepatan alir udara, dan arah aliran udara. Namun, karena keterbatasan alat, maka pada percobaan hanya dilakukan pengujian efektivitas HEPA Filter. HEPA Filter atau High Eficiency Particulate Air filter merupakan alat yang berfungsi menyaring partikel dari udara dengan efisiensi tinggi yaitu 99,97%. Pengujian dilakukan dengan memaparkan media BHI padat selama 30 menit pada bagian aliran HEPA filter. Setelah uji sterilitas dilakukan, diperoleh hasil bahwa HEPA Filter pada LAF ini tidak bekerja secara efektif.
Selain itu, sebelum digunakan, lampu UV pada LAF terlebih dahulu diidupkan selama 30 menit. Hal ini bertujuan untuk mensterilkan LAF dari mikroba dan bakteri. Hasil uji yang tidak steril mengindikasikan bahwa penyinaran UV selama 30 menit belum mampu membunuh mikroba yang masuk ke dalam LAF cabinet.
Selanjutnya dilakukan validasi terhadap metode sterilisasi menggunakan oven. Metode sterilisasi panas kering ini dilakukan untuk alat-alat yang terbuat dari gelas. Pada percobaan, digunakan gelas beker, vial, dan ampul yang dibungkus dengan dua lapis aluminium foil, untuk mencegah kontaminasi setelah sterilisasi. Parameter kritis pada oven adalah suhu dan waktu. Suhu digunakan 200 C selama 30 menit dan 60 menit. Perbedaan waktu ditujukan untuk mengetahui lama waktu efektif untuk sterilisasi. Uji sterilitas dilakukan dengan membilas wadah dengan SWFI lalu air bilasan dimasukkan ke dalam media BHI cair. Penggunaan Steril WFI bertujuan untuk mencegah hasil semu atau kontaminasi dari air. 
Hasil uji sterilitas membuktikan semua alat yang telah disterilkan, baik pada waktu 30 menit maupun 60 menit sudah steril. Artinya metode sterilisasi dengan oven pada suhu 200 C selama 30 menit saja sudah bisa dan valid untuk sterilisasi wadah gelas.
Pada validasi metode sterilisasi uap panas dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 C dilakukan pada dua waktu, yaitu 20 dan 30 menit. Parameter kritis autoklaf adalah suhu, waktu, dan tekanan. Bedanya pada autoklaf, wadah gelas yang disterilkan diisi dulu dengan aquades baru dilanjutkan sterilisasi. Air ini lah yang dimasukkan dalam media BHI cair untuk kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C. Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak ada pertumbuhan bakteri pada semua media BHI. Artinya, metode ini valid untuk mensterilkan wadah gelas.

V. KESIMPULAN

  1. Metode sterilisasi menggunakan autoklaf da oven telah tervaidasi.
  2. HEPA Filter pada laminar air flow cabinet tidak berfungsi dengan baik.
  3. Botol infus, vial, dan ampul dapat disterilkan dengan metode sterilisasi uap panas (autoklaf) pada suhu 121 C selama 20 menit.
  4. Gelas beker, vial, dan ampul dapat disterilkan dengan metode sterilisasi uap kering (oven) pada suhu 180 C selama 30 menit.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Setianto, A.B., Sugihartini, N., Ikhsanudin, A., Efiana, N.A., Widyastuti, L., Fatimah, S.F. 2015. Petunjuk Praktikum Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril. Yogyakarta : Farmasi UAD.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

SUPLEMEN PRAKTIKUM FTS STERIL

 By : Oppy Utriyani_Praktikum FTS Steril 2015_Farmasi UAD_Yogyakarta

I. VALIDASI

1. Sebutkan contoh Validasi Proses !
    a. Cakupan : Validasi prospek baru, Validasi bila terjadi perubahan proses, dan Validasi Ulang.
    b. Jenis :
  • Validasi Prospektif : Sebelum produk dipasarkan.
  • Validasi konkurent : Dilakukan selama proses produksi rutin.
  • Validasi Retrospektif : Validasi proses yang sudah berjalan.
2. Jelaskan perbedaan Validasi dan Kalibrasi !
  • Validasi, merupakan tindakan pembuktian dengan cara yang sudah sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, dan mekanisme yang digunakan dalam proses produksi dan pengawasana akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.
  • Kalibrasi, yaitu kegiatan untuk menentukan kebenaran dan ketepatan penunjukkan alat ukur dengan membandingkan terhadap standar ukur yang diketahui ke standar nasional atau standar internasional.

II. PEMBUATAN TETES MATA DAN SALEP MATA

1. Sebutkan persyaratan yang harus dipenuhi untuk sediaan tetes mata !
  • Harus steril
  • Sebisa mungkin isotonis
  • Harus bebas dari efek iritasi 
  • Stabil secara kimia
  • Mengandung pengawet yang cocok untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
2. Apa saja jenis bentuk sediaan untuk pengobatan mata ?
  • Larutan, ex : tetes mata
  • Salep mata
3. Sebutkan pemeriksaan sediaan tetes mata !
  • Kejernihan
  • Toksisitas 
  • Viskositas
  • Stabilitas
  • Harga pH
  • Adanya partikel asing
  • Uji sterilitas
4. Sebutkan keuntungan dan kerugian sediaan tetes mata dibandingkan salep mata !
    a. Keuntungan : Sediaan tetes mata lebih stabil dibandingkan salep mata
    b. Kerugian :
  • Waktu kontak singkat antara obat dan permukaan
  • Bioavailabilitas kurang baik

III. PENCUCIAN DAN STERILISASI KARET DAN ALAT GELAS

1. Sebutkan tipe-tipe gelas !
  • Gelas Tipe I, yaitu wadah dari gelas yang mempunyai ketahan kimiawi yang sempurna (gelas borosilikat.
  • Gelas Tipe II, yaitu wadah dari gelas soda kapur silikat yang telah mengalami pelapisan dan ketahan kimiawi yang baik.
  • Gelas Tipe III, yaitu wadah dari gelas soda kapur silikat memiliki ketahan kimiawi yang cukup.
  • Gelas Tipe IV, yaitu wadah dari soda kapur silikat dengan sifat umum.
2. Jelaskan maksud dari tiap tahapan percobaan pencucian dan sterilisasi karet dan glassware !
  • Penambahan HCl 2% untuk menetralkan kotoran basa.
  • Penambahan Tepol 1% untuk membersihkan atau sebagai detergen.
  • Penambahan Na Karbonat untuk menetralkan sisa HCl.
  • Pendidihan untuk memperbesar pori-pori sehingga semua kotoran keluar optimal.
3. Sebutkan keuntungan dan kerugian wadah untuk sediaan steril !
    a. Gelas
  • Keuntungan : Inert, kedap udara, bentuk tetap, mudah dibersihkan.
  • Kerugian : Lebih berat, lebih rapuh (rentan pecah).
    b. Plastik
  • Keuntungan : Fleksibel, tidak mudah pecah, mudah dicetak menjadi beragam bentuk.
  • Kerugian : Kurang inert, sensitif panas, zat tambahan/bahan pada plastik mudah dilepaskan ke produk yang dikemas.
4. Apa saja kontrol kualitas wadah sediaan steril ?
  • Alkalinitas
  • Tegangan dalam
  • Transmisi cahaya' 
  • Kejutan suhu
  • Cacat tampak
  • Dimensi
  • Toleransi isi
  • Tebal gelas minimum

PENCUCIAN DAN STERILISASI KARET

By : Oppy Utriyani_Laporan Praktikum FTS Steril 2015_Farmasi UAD_Yogyakarta.

I. ALAT DAN BAHAN

A. Alat-alat
  1. Autoklaf
  2. Oven
  3. Kompor listrik
  4. Spektrofotometer UV-Vis
  5. Glassware
B. Bahan
  1. Natrium Karbonat => Hablur tidak berwarna/serbuk hablur putih yang mudah larut dalam air.
  2. Tepol 1% => Detergen/cairan pembersih yang serba guna dan netral.
  3. Asam Klorida 2% => Cairan tak berwarna sampai dengan kuning pucat, sangat larut air.
  4. Aqua pro injeksi

II. METODE KERJA

A. Pencucian Tutup Karet
  1. Tutup karet direndam dalam larutan HCl 2% selama 2 hari.
  2. Tutup karet direndam dalam larutan I (Tepol 1% + Na Karbonat 0,5%) selama 1 hari.
  3. Tutup karet di-didihkan dalam larutan I.
  4. Lalu di-didihkan lagi dengan larutan I yang baru, diulang terus hingga jernih dan bersih.
  5. Setelah bersih, Masukkan dalam gelas beker/plastik, tambahkan aqua p.i, tutup.
  6. Larutan di autoklaf selama 30 menit pada suhu 121 C.
  7. Lihat profil absorbansi aqua p.i.
  8. Tutup karet dibilas dengan larutan II (Spiritus dilitus + aqua p.i.).
  9. Tutup karet di-autoklaf pada suhu 121 C selama 30 menit dalam kantong plastik tanpa air.
 B. Pencucian Ampul/Vial/Botol infus
  1. Ampul/vial/botol infus dicuci dengan HCL encer.
  2. Ampul/vial/botol infus di-didihkan dengan larutan I sama banyak.
  3. Langkah 2 diulang hingga filtrat jernih.
  4. Filtrat dilihat profil absorbansinya pada spektrofotometer UV-Vis.
  5. Ampul/vial/botol infus dicuci dengan aquadest
  6. Sterilkan di oven pada suhu 200 C selama 1 jam.

III. HASIL PERCOBAAN

 

IV. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dilakukan pencucian dan sterilisasi glassware dan tutup botol yang terbuat dari karet. Tujuan pencucian dalan sterilisasi ini agar diperoleh wadah kaca dan tutup botol yang bersih dan steril, sehingga memenuhi persyaratan sebagai pengemas sediaan obat yang baik yaitu melindungi dari kontaminasi.
Pada pencucian tutp botol karet, tahapan awal yang dilakukan adalah merendam tutup karet dalam larutan HCl 2%. Tahap ini bertujuan untuk menetralkan senyawa basa. 
Tahap selanjutnya adalah merendam tutup karet dalam larutan tepol 1% dan natrium karbonat 0,5% selama 1 hari. Tepol 1% berfungsi sebagai detergen yang membersihkan dari kotoran. Sedangkan penggunaan natrium karbonat bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa HCl. Tutup karet lalu di-didihkan dengan larutan tersebut dan diganti hingga bersih dan jernih. Perendaman dan pendidihan ini bertujuan untuk meperbesar pori-pori karet sehingga dapat mengeluarkan kotoran secara optimal. Optimasi pembersihan dilakukan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 C selama 30 menit.
Parameter bersih dibuktikan dengan cara membandingkan profil absorbansi aqua p.i. yang diatoklaf bersama tutup karet dengan profil absorbansi larutan blanko. Pengukuran absorbansi ini dialkukan dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis dengan range panjang gelombang adalah 200-40 nm.
Hasil Scanning profil absorbansi menunjukkan adanya satu puncak yang timbul dari aqua p.i.  Penggunaan spiritus dilitus sebagai disinfektan untuk membunuh kuman. Sterilisasi dilakukan dengan metode uap panas untuk membunuh mikroba. Uji sterilitas menggunakan media BHI cair menunjukkan hasil steril
Pencucian glassware yaitu ampul, vial, dan botol infus menggunakan proses yang mirip dengan pencucian tutup karet. Perbedaannya adalah pada glassware  tidak dilakukan perendaman dengan waktu tertentu. Semua tahapan dilakukan dalam satu hari. Hal ini dikarenakan pada wadah kaca tidak perlu prosis infiltrasi pori-pori. Berdasarkan profil absorbansinya, diketahui semua wadah kaca yang diuji telah bersih sebab profil absorbansi mirip dengan blanko dan tidak ada puncak/peak.
Sterilisasi ampul, vial, dan botol infus dilakukan menggunakan metode panas kering yaitu dengan oven pada suhu 200 C selama 1 jam. Sebelumnya wadah kaca ini dibungkus dengan aluminium foil untuk mencegah kontaminasi.
Uji sterilitas dilakukan dengan membilas wadah kaca tersebut dengan Steril water for Injection (SWFI), lalu ditanam di media BHI cair. Hasil inkubasi menunjukkan tidak ada pertumbuhan mikroba, yang berarti wadah kaca sudah steril.

V. KESIMPULAN

  1.  Tutup karet yang telah dicuci belum bersih namun sudah steril.
  2. Wadah kaca berupa ampul, vial, dan botol infus sudah bersih dan steril.
  3. Metode sterilisasi panas kering suhu 200C selama 1 jam valid untuk mensterilkan wadah kaca.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ke-III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

ANALISIS IBUPROFEN SIRUP SECARA SPEKTROFLUOROMETRI

By : Oppy Utriyani_Laporan Praktikum AOMK 2015_Farmasi UAD_Yogyakarta.

I. TUJUAN

Mampu melakukan analisis kuantitatif ibuprofen dalam sediaan sirup secara spektrofluorometri.

II. DASAR TEORI

Berbagai metode dilaporkan dapat digunakan untuk menetapkan kadar ibuprofen di dalam sampel sediaan farmasi dan cairan biologis, meliputi High performance liquid chromatography (HPLC), Gas chromatography mass spectrum (GC-MS), elektroforesis kapiler, spektrofotometri, dan spektrofluorometri (Issa, et.al, 2010).
Ibuprofen [RS-2-(4-isobutilfenil) asam propionat] adalah obat antiinflamasi non steroid yang digunakan khususnya untuk mengatasi gejala arthritis, dismenorea primer, demam, dan sebagai analagesik, terutama jika terdapat unsur inflamasi. Efek samping ibuprofen adalah pendarahan dan ulcer pada saluran pencernaan (Mitic, et.al, 2008).
Struktur Ibuprofen : 

Ibuprofen berbentuk serbuk, hablur putih, hingga hampir putih, berbau khas lemah. Zat ini praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalam aseton, dalam kloroform, dan sukar larut dalam etil asetat (Depkes RI, 1994).
Prinsip dasar spektrofluorometri adalah sinar monokromatis penyebab promosi elektron pada senyawa organik atau atom, yang kemudian elektron mengalami kehilangan sebagian energi kinetiknya, dan selanjutnya elektron kembali ke tingkat dasar dengan mengemisikan sinar dengan panjang gelombang yang lebih besar. Sinar monokromatis penyebab promosi elektron dinamakan sinar eksitasi. Sinar yang diemisikan oleh elektron dari senyawa disebut sinar emisi (Rohman dan Gandjar, 2007).
Komponen-kompenen spektrofluorometer :
Keuntungan dari analisis secara spektrofluorometri :
a. Fluorometri lebih peka
b. Flurometri lebih selektif

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat-alat
  1. Timbangan analitik
  2. Spektrofluorometer
  3. Alat sonikator
  4. Alat sentrifuge
  5. Glassware
B. Bahan
  1. Ibuprofen standar
  2. Sampel ibuprofen sirup
  3. NH3 0,2 M
  4. Aquadest

IV. CARA KERJA

A. Uji Keseragaman Bobot
  1. Menimbang  3 botol sampel satu persatu.
  2. Tandai batas volume isi pada botol.
  3. Keluarkan sirup, tuangkan ke dalam gelas beker 250 ml.
  4. Masukkan aquadest ke dalam botol sirup sampai tanda.
  5. Tuangkan aquadest ke dalam gelas ukur 100 ml, catat volume.
  6. Lakukan sesuai prosedur di atas sampai tiga botol sampel.
  7. Hitung volume rata-rata, nilai standar deviasi, dan CV.
B. Pembuatan Larutan NH4OH 0,2 M
Ambil ammonia pekat (25% b/b atau 13,4 M) sebanyak 3,70 ml. Masukkan ke dalam labu takar 250,0 ml, tambahkan aquadest hingga tanda.

C. Penentuan Panjang gelombang Eksitasi dan Panjang Gelombang Emisi
Penentuan panjang gelombang menggunakan konsentrasi tengah pada kurva baku.

D. Pembuatan Kurva Baku Ibuprofen
  1. Menimbang serbuk ibuprofen standar sebanyak 20 mg.
  2. Masukkan ke dalam labu takar 50,0 ml. Tambahkan NH4OH 0,2 M hingga tanda.
  3. Buat lima larutan seri kadar kurva baku dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80, dan 100 mikrogram/ml.
  4. Intensitas dibaca dengan alat spektrofluorometer pada panjang gelombang eksitasi dan emisi yang telah ditetapkan.
 E. Penetapan Kadar Sampel (Damiani, et.al, 2000)
  1. Tiga botol sirup isinya dicampur hingga homogen.
  2. Ambil 1,0 ml sirup ad 50,0 ml NH4OH 0,2 M.
  3. Lakukan sonifikasi selama 10 menit, lanjutkan dengan sentrifuge, lalu saring larutan.
  4. Ambil 1,0 ml larutan ad 10 ml NH4OH 0,2 M.
  5. Larutan dibaca pada panjang gelombang eksitasi dan emisi.
  6. Lakukan pengenceran hingga intensitas berada pada range 20-80.
  7. Lakukan replikasi sebanyak tiga kali.

V. RANCANGAN ANALISIS

 A. Konsentrasi Larutan Standar Ibuprofen
       C = 20 mg/ 50 ml = 0,4 mg/ml = 400 mikrogram/ml

B. Pembuatan Larutan Seri Kadar Kurva Baku
       M1. V1 = M2. V2
       V1 = (M2. V2) / M1

C. Rumus Perhitungan Kadar Ibuprofen

VI. HASIL PERCOBAAN

A. Penentuan Panjang Gelombang Eksitasi dan Emisi
B. Pembuatan Kurva Baku

 C. Uji Keseragaman Bobot dan Penetapan Kadar Sampel

VII. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dilakukan uji kuantitatif terhadap ibuprofen dalam sediaan sirup dengan menggunakan metode spektrofluorometri. Metode ini dipilih karena lebih peka dan spesifik. Ibuprofen dapat diuji dengan spektrofluorometri karena memiliki gugus kromofor.
Pelarut yang digunakan dalam analisis ibuprofen ini adalah ammonium hidroksida 0,2 M. NH4OH  dapat melarutkan ibuprofen, serta mempengaruhi pH larutan menjadi basa.
Reaksi yang terjadi :


Tiga botol sampel diuji keseragaman bobotnya dengan hasil volume rata-rata sirup 60,667 ml. Nilai CV sebesar 0,951% atau lebih kecil daripada nilai batas 5,0% yang artinya bobot ketiga botol sirup seragam.
Analisis kuantitatif didahului dengan pengukuran panjang gelombang eksitasi yang hasilnya 263 nm, sedangkan panjang gelombang emisi 294 nm. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan panjang gelombang secara teoritis. 
Pengukuran kurva baku terhadap lima seri kadar memperoleh nilai R sebesar 0,9812 dan persamaan regresi linear y = 39,3765 x + 12,4805. Nilai R praktikum ini lebih besar dari R tabel (0,8783); artinya secara statistik metode spektrofluorometri ini valid untuk digunakan menguji ibuprofen.
Perlakuan sampel menggunakan sonikasi dengan tujuan melarutkan partikel-partikel sirup secara sempurna. Proses sentrifugasi dilakukan untuk mengendapkan partikel tidak larut dari zat eksipien dalam sirup ibuprofen, dilanjutkan dengan penyaringan agar tidak ada residu partikel yang dapat mengganggu dalam pembacaan larutan pada spektrofluorometer.
Berdasarkan perhitungan, kadar sampel replikasi ke II harus ditolak karena tidak masuk rentang kadar penerimaan yaitu (1066,282 < x < 2177,886) mg. Batas kesalahan sangat besar yaitu 555,802 mg dengan taraf kepercayaan 95%. Faktor pengenceran sebesar 25.000 kali. Sehingga kadar rata-rata ibuprofen dalam sampel adalah 1622,084 mg/botol atau sebanyak 135,0 mg/5 ml. 
Hasil percobaan ini tidak sama dengan label yang tertera pada sampel sediaan sirup yang digunakan, yaitu 120 mg/5 ml. Faktor yang mempengaruhi adalah ketelitian praktikan selama proses praktikum.

VIII. KESIMPULAN

  1. Sampel sirup mengandung 1622,084 mg ibuprofen per botol.
  2. Potensi ibuprofen dalam sediaan sirup adalah 135 mg/5ml.
  3. Bobot sampel sirup seragam.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Rohman, A., dan Gandjar, I.G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Depkes RI. 1994. Farmakope Indonesia Edisi Ke-Empat. Jakarta : Kemenkes RI.
Damiani, P.C., Bearzotti, M., Cabezon, M.A. 2000. Spectrofluorometric determination of Ibuprofen in Pharmaceutical formulations. J. Pharm. Biomed.Anal 25 : 679-683.


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More