Ardi adalah seorang anak yang terlahir
dari keluarga yang tidak mampu. Ardi merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara. Kedua adiknya perempuan, bernama Dinda dan Dita. Mereka tinggal di
suatu desa di pinggir kota.
Orang tua Ardi hanyalah seorang
petani yang memiliki lahan sawah yang tidak seberapa. Penghasilan orang tuanya
tidaklah cukup untuk membayai pendidikan ketiga anaknya sampai ke perguruan
tinggi. Jika mereka menginkan sesuatu maka mereka harus bekerja keras
memperoleh uang sendiri dengan cara bekerja, jualan, atau upahan menyetrika dan
mencuci dengan tetangga yang terbilang
mampu.
Oleh karena kondisi keluarganya ini,
Ardi telah terbiasa hidup susah. Dia mampu mengurus dirinya sendiri. Ardi juga
turut membantu orang tuanya di sawah ketika dia memiliki waktu luang. Sedangkan
adik perempuannya, Dinda membantu ibunya mengatur urusan rumah tangga seperti
masak dan mencuci. Dinda juga harus mengurus dan menjaga adiknya yang masih
kecil ketika orang tuanya pergi bertani.
Terlepas dari keadaan ekonomi
mereka, orang tua Ardi mendidik anak-anaknya dengan sangat baik. Mereka
menanamkan ajaran agama pada anak-anaknya sejak kecil. Mereka memberikan contoh
yang baik pada anaknya agar taat beribadah pada Allah dan berakhlak yang baik
dalam hidup mereka. Mereka pun tidak segan-segan menolong tetangga mereka yang
membutuhkan bantuan.
Sebagaimana
anak-anak lainnya, Ardi juga memiliki cita-cita. Dia ingin bersekolah dan
menempuh pendidikan di perguruan tinggi agar bisa memperbaiki kehidupan
keluarganya. Ardi bercita-cita ingin menjadi seorang guru agar ketika dia besar
nanti dia bisa mengajarkan ilmu yang dimilikinya pada orang lain, terkhusus anak-anak
yang terlahir di keluarga yang bernasib sama dengannya.
Setelah
tamat sekolah dasar, Ardi ingin melanjutkan ke sekolah menengah pertama (SMP).
Ia pun mendiskusikan keinginannya ini kepada kedua orang tuanya. Sayangnya
untuk melanjutkan ke SMP ini dibutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga
terasa berat bagi orang tua Ardi. Namun, karena tekadnya yang begitu kuat untuk
mencapai cita-citanya ini, Ardi akhirnya mampu menyakinkan ayah dan ibunya
untuk mengizinkannya sekolah lagi.
Berbekal
izin orang tuanya, Ardi melanjutkan pendidikannya di satu-satunya SMP di
daerahnya dengan usaha sendiri. Beruntungnya, Ardi merupakan seorang anak yang
cerdas. Nilai akademiknya sangat bagus dan selalu mendapat rangking pertama di
kelasnya. Hal ini berdampak sangat baik bagi Ardi karena dengan kemampuannya
itu akhirnya ia memperoleh beasiswa dari pemerintah. Sehingga Ardi tidak perlu
lagi memikirkan biaya sekolah seperti SPP. Sedangkan untuk kebutuhan sekolah, seperti
buku dan sebagainya, Ardi harus mencari uang sendiri.
Ardi
lalu bekerja serabutan. Ia juga berjualan kayu bakar ke sana kemari. Ia mencari
kayu bakar di hutan, mengumpulkannya satu persatu. Ia mengikat kayu-kayu
tersebut dan menjualnya ke pasar. Pada saat itu, hanya sedikit bahkan hampir
tidak ada orang yang menggunakan kompor untuk memasak.
Mencari
uang untuk membiayai kebutuhan sekolahnya sendiri bukanlah hal yang mudah bagi
seorang anak yang masih sangat muda seperti Ardi. Pernah suatu ketika kayu
bakarnya tidak terjual satu pun. Ardi tetap tidak berputus asa, Ia pun
berkeliling desa menjajakan kayu bakarnya. Namun, apa lah daya, kayu bakarnya tetap
tidak ada yang membeli. Ardi yang kelelahan sudah tidak memiliki kekuatan lagi
untuk membawa kayu-kayunya tersebut. Ia pun terduduk di samping kayu bakar
jualannya tersebut. Sampai akhirnya ada seorang dermawan yang kasihan
melihatnya dan membeli semua kayu bakar yang ia jual.
Meskipun
sibuk mencari uang, Ardi tetap tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang
pelajar dan hamba Allah. Ardi rajin belajar pada malam harinya dan sholat lima
waktu tidak pernah ia tinggalkan. Berkat kerja keras dan tekadnya yang kuat,
serta atas ridho Allah padanya, Ardi akhirnya mampu menamatkan sekolahnya
sampai ke SMA dengan uang yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri. Ia juga memiliki
uang tabungan yang selalu disisihkannya sedikit demi sedikit dari hasil
kerjanya.
Tamat
SMA, Ardi ingin merantau ke daerah lain dan menempuh pendidikan di perguruan
tinggi. Namun keinginannya ini tidak disetujui oleh kedua orang tuanya. Mereka
tidak ingin anaknya pergi merantau. Akhirnya Ardi memutuskan untuk meraih
cita-citanya menjadi guru dengan melanjutkan pendidikan di SPG di daerahnya.
Semasa
di SPG, Ardi sangat tekun menjalani pendidikannya. Ia juga bergaul dengan
sangat baik. Ia menjadi andalan dan dihormati teman-temannya. Ardi pun
menyelesaikan pendidikannya di SPG dengan hasil yang sangat baik. Tidak berapa lama kemudian, Ia pun diangkat
menjadi pegawai negeri sipil yaitu guru. Tempatnya bertugas pertama kali adalah
di daerah lain yang terpencil.
Di
sekolah tempatnya bertugas, Ardi sangat dihormati dan disukai oleh teman-teman
sejawatnya dan juga oleh anak didiknya. Ia merupakan guru yang handal dan
sangat disiplin. Dengan gaji yang diperolehnya, Ardi membantu orang tuanya
membiayai pendidikan adik-adiknya. Orang tua Ardi pun sangat bangga kepada
Ardi. Di masyarakat, Ardi juga disegani dan menjadi panutan yang baik.
Dari
kisah Ardi ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa siapa pun orangnya, dari
keluarga mana pun, baik yang memiliki latar belakang ekonomi berkecukupan
maupun yang berasal dari keluarga tidak mampu dapat meraih cita-citanya.
Asalkan memiliki niat dan tekad yang kuat, usaha yang maksimal dan tidak berputus asa dalam menghadapi rintangan
juga optimis dalam meraih cita-cita, maka kesuksesan itu bukanlah sekedar
mimpi. Namun, selain berikhtiar juga harus disertai doa memohon rahmat dan
ridho Allah.